Di sini pun tak ada supermarket atau mall yang bisa memenuhi kebutuhan (tepatnya keinginan) berbelanja bahan makanan, hal yang terkadang saya syukuri ;) Jarak untuk menuju mall/supermarket/pasar tradisional yang lebih lengkap adalah sekitar 20 km atau setengah jam perjalanan dari rumah, dan karena keinginan saya untuk berbelanja belum segitu menggebunya, saya tak pernah sengaja menyempatkan menempuh jarak itu hanya untuk belanja makanan.
Dua hari lalu akhirnya saya belanja sayuran di sana untuk satu minggu ke depan, sengaja mampir sekalian lewat sepulang saya dari Jakarta. Karena tak siap dengan menu dan sedang tak ngidam masakan tertentu, saya asal comot sayuran dan berpikir, "Kita lihat aja nantinya jadi apa!" Begitulah, segala jenis sayuran dengan berbagai marga masuk tas kain berwarna hijau yang sejak beberapa hari itu nangkring di ransel saya, jaga-jaga siapa tau dibutuhkan.
Dari daftar nama sayuran yang ada, saya paling excited dengan lobak, karena tak sering mengonsumsinya, dan actually saya ga tau mau diapain tuh lobak, hingga tadi siang saya masak sup bening, dengan campuran wortel, brokoli, dan tomat. Saya membayangkan warna meriahnya, juga rasanya yang segar dan menghangatkan selepas hujan tadi siang. Memang, enak...
Tapi... Saya tak tahu bila supnya sudah dingin rasa lobaknya pun ikut berubah, aroma kuat seperti kol jadi dominan di sup ini. Kol yang sudah jadi sup aromanya akan hilang, sementara aroma sejenis ini menguat pada lobak. Saya tak suka...
(Masih ada beberapa batang lobak di kulkas, sepertinya saya harus "riset" tentang sayuran ini enaknya dimasak apa, hehe)
dibikin kimchi!
ReplyDeleteatau dibikin soto bandung