Dalam rangka menyambut kembalinya teman saya yang baru-baru ini turun gunung, dan sebelum saya pergi dari Jogja untuk jangka waktu yang belum ditentukan, kami berbolang ria, berawal dari rencana makan bareng kami memacu motor menuju kawasan utara.
Sebelumnya dia mampir ke kos saya dulu selama beberapa saat tanpa menemukan kesepakatan mau dikasih makan apa cacing-cacing kelaparan di perut ini. Kesepakatan kami klasik: sambil jalan ajalah.
Di jalan, "Jadi kita mau makan apa, Nda?"
"Kamu mau makan apa?"
"Kalo sama kamu aku ingetnya ramen, hahaha" seriously wajah teman saya ini tak mirip mie, rumput laut, naruto, atau mangkok segede gaban yang identik dengan ramen kesukaan kami, tapi saya selalu inget ramen ketika berencana makan bersamanya. Lalu motor menyusuri jalan menuju TKP, tempat Chef Dony mangkal, hehehe, namanya Sapporo Ramen, tepat di seberang kebun buah naga di km 10,9 (kalo ga salah), tapi saya inget banget warung ramen ini ada persis di samping kantor notaris, tebak siapa namanya? KENTI something, sodara-sodara... (Oh seandainya saya punya foto papan nama notaris itu!!!)
Motor melaju dengan lambat sembari kami menikmati obrolan ringan di atas motor. Hujan kampret yang dengan tak tahu dirinya sok romantis menemani malam itu, bikin saya ngebut bawa motor supaya lebih cepat sampai, tapiii emang dasar hujannya gak bisa ditebak, dia menggila dan baju saya kuyup sebelum sampai ke Chef Dony, saking derasnya saya terpaksa menepikan motor di tempat makan terdekat dan harus hepi dengan pilihan yang ada, heuheu. Kebetulan, nemu warung soto kudus yang bahkan namanya saya tak ingat, di sekitar km. 8 gitu deh.
Soto yang uapnya mengepul jadi teman yang pas saat hujan deras dan kedinginan. Rasa sotonya biasa aja sih, tipikal soto kudus yang kuat aroma bawang putihnya dari taburan bawang putih goreng di atas soto yang berisi toge dan ayam, tapi saya lahap menyantap sajian soto ini dengan beberapa potong perkedel dan banyak sambal pastinya, hehe. Tempatnya bersih, sederhana dan cukup mewakili gaya jawa-kudus dengan lukisan, ornamen ukiran dan lampu gantungnya, lumayan, tapi masih kalah "tradisional" dengan yang di Jl. Monjali deket pom bensin, namun karena berbagai romantisme yang mengiringi, mulai dari menyambut teman, semacam perpisahan, hingga hujan yang ujug-ujug mengguyur, tempat ini jadi istimewa :)
No comments:
Post a Comment